Keluarga.
Yang seharusnya menjadi tujuan utama, tempat berbagi segala suka duka.
Baik buruk akan ditanggung bersama.
Idealnya begitu, kan?
Bagaimana jika dalam sebuah keluarga, saudara satu berbuat yang tidak pantas dan yang lain dipaksa untuk mengerti serta memaklumi perbuatannya?
Menanggung serta menutupi kekurangannya dan terus menerus memaafkannya?
Saya rasa ini tidak adil.
Bukankah dari keluarga juga, awal kita belajar mengenai arti keadilan?
Sudah seharusnya begitu...kalau kata orang "bijak" di sekitar saya.
Dan sekali lagi saya merasa, ini tidak adil.
Saya diminta untuk terus mengerti, memahami, memaklumi dan memaafkan.
Lantas saya dapat apa?
Pahala besar dari Tuhan?
Label hebat?
Saya belum berani ajak-ajak Tuhan di sini.
Tapi kembali ke hubungan antar manusia.
Ada kalanya saya memaklumi, memahami, memaafkan hanya demi ketentraman batin saya semata.
Karna pada akhirnya mereka, karena mereka menganggap mereka adalah keluarga, maka mereka terus saja berbuat hal yang mereka tidak sadari itu salah jika mereka memperlakukan keluarganya seperti itu.
Serba salah juga.
Jika kita menjauh untuk menghindari konflik berkepanjangan, label manusia apatis, egois bahkan arogan akan kembali disematkan.
Jika kita mendekat, berusaha membicarkan dari hati ke hati, yang ada hanya penolakan.
Begini rasanya lahir dan hidup di keluarga yang berjauhan.
Saya tidak meminta sebuah keluarga yang 10000000% kompak.
Saya cukup dengan keluarga yang mau saling mengerti, berbagi, dan peka akan keadaan apa saja yang sedang dialami satu diantaranya.
Saya sudah cukup berjuang rasanya untuk menjadi individu yang mau mengerti kondisi masing-masing keluarga dekat saya.
Atau mungkin perjuangan saya ini sebenarnya minus?
Bagi saya cukup.
Bagi mereka 100000000% kuraaang.
Kadang saya melihat teman sebagai sosok keluarga yang saya butuhkan.
Apa karena teman masih bisa mengerti batasan?
Bisa sopan jika kita membutuhkan privasi atau ketika mereka menginginkan sesuatu, mereka tidak akan memaksa karena mereka adalah teman.
Teman yang pengertian.
Ya, keluarga bisa mendengarkan tapi... mungkin nanti, ketika urusan sama-sama beres.
Katanya, jika ada masalah, hanya keluargalah yang bisa bantu menyelesaikan.
Yah, kenyataannya. Saya tidak seberuntung itu.
Saya merasa beruntung dengan sedikit teman yang saya punya.
Meski mereka tidak menyelesaikan masalah-masalah saya,
Setidaknya saya masih ada tempat berbagi dan melupakan sejenak.
Pun mereka juga tidak memaksa apa-apa,
Dan kadang saya merasa lebih ikhlas melakukan segala yang terbaik untuk teman yang sudah mau mengerti segala kekurangan saya.
Saya merasa, saya "memberi" segala yang terbaik untuk keluarga saya, namun... tak ada tanggapan untuk itu, karena katanya...
Sudah sepantasnya melakukan yang terbaik untuk keluarga.
Sementara seringkali saya merasa dihargai lebih sekalipun saya hanya memberi sedikit pada teman-teman saya.
Saya juga bukan orang yang mudah menerima banyak orang atau menghadapi banyak jenis manusia, pikir saya... pastinya akan terasa nyaman jika memiliki keluarga dekat.
Lagi-lagi, saya sejak kecil tidak besar bersama saudara-saudara saya.
Ketika dewasa, kami seperti alien satu sama lain.
Ntah harus mengadu kepada siapa karena banyak yang menganggap aneh jika kamu tidak bisa akrab dengan seluruh keluarga besarmu.
I'm happy to be weird.
Wednesday, August 30, 2017
Monday, August 7, 2017
UND Corner, bukan Toko OEN ya..
Bahasan tentang makanan merupakan sebuah hal yang tidak akan ada habisnya.
Terlebih di kota Malang ini.
Hampir tiap sudutnya menawarkan makanan atau jajanan yang selalu menggoda untuk dicicipi.
Sudah cukup lama saya eyeing tempat ini.
Masalahnya... tempat ini semacam tersembunyi sekalipun lokasinya di jalan raya ikonik di kota Malang, sekitaran kawasan jalan Ijen.
Tersebutlah.... UND Corner.
Terletak di Jalan Kahuripan, kota Malang.
Ini BUKAN toko OEN ya.
Kalau toko OEN hampir selalu ramai dan jadi destinasi favorit para wisatawan manca dan domestik.
Tapi jujur, saya tidak suka jajan di toko Oen sebab... overpriced dengan rasa yang biasa saja. Eheeee.
Kalau mau makan steak enak, ya mending langsung ke Holycow. 😆
Balik ke UND Corner.
Sekalipun ragu, takut sepi atau terlalu mahal, saya nekat mampir.
Icip-icip kopi gapapalah, begitu pikir saya.
Tapi malah nambah gelato alias es krim hehe..
Terlebih di kota Malang ini.
Hampir tiap sudutnya menawarkan makanan atau jajanan yang selalu menggoda untuk dicicipi.
Sudah cukup lama saya eyeing tempat ini.
Masalahnya... tempat ini semacam tersembunyi sekalipun lokasinya di jalan raya ikonik di kota Malang, sekitaran kawasan jalan Ijen.
Tersebutlah.... UND Corner.
Terletak di Jalan Kahuripan, kota Malang.
Ini BUKAN toko OEN ya.
Kalau toko OEN hampir selalu ramai dan jadi destinasi favorit para wisatawan manca dan domestik.
Tapi jujur, saya tidak suka jajan di toko Oen sebab... overpriced dengan rasa yang biasa saja. Eheeee.
Kalau mau makan steak enak, ya mending langsung ke Holycow. 😆
Balik ke UND Corner.
Sekalipun ragu, takut sepi atau terlalu mahal, saya nekat mampir.
Icip-icip kopi gapapalah, begitu pikir saya.
Tapi malah nambah gelato alias es krim hehe..
Untuk rasa es krim ini, hmmmm... hampir sama ya seperti rasa es krim pada umumnya. Mengingatkan saya juga kalau Toko OEN juga menjual es krim sebagai menu utama mereka, namun... harga es krim di Toko OEN terlalu banyak membuat kerusakan pada dompet saya.
Jikalau budget berlebih, boleh-boleh saja, tapi bagi saya, ini sudah cukup.
Saat saya berkunjung ke sana, memang tidak terlalu ramai pengunjung, pun saya berkunjung di hari efektif.
Membuat saya kuatir suatu saat tempat ini akan tutup atau berganti kedai makanan lain. 😋
Beneran lho, it happened!
Kedai nasgor favorit yang lumayan fancy eeehhh...sekarang rebranding menjadi kedai nasi sop. Agak sedih sih karena saya suka masakan nasgornya yang macem-macemnya enak itu.
Trus
Bagaimana rasa makanan di UND Corner?
Wait...
Kita lihat-lihat menunya dulu ya.
Akhirnya pesen nasi goreng dan spaghetti aja agar tidak bingung, hahahaha.
Spaghetti = standart enak bukan yang enaaak banget.
Nasi goreng = enak juga.
Beberapa kawan memesan minuman dan sup buntut yang tidak sempat saya dokumentasikan.
Untuk rasa kopinya, hahaaa... yah, standart lah.
Lumayan daripada tidak ada sama sekali.
Yang jelas salah satu tempat yang cukup oke.
Tapi... saya rasa saya tidak akan melamun sendirian disini.
Bukan spot yang pas untuk mood booster.
My final verdict.
Taste : 3.5 out of 5
Price : 3.5 out of 5
Ambience : 3.5 out of 5
Facility : 3.5 out of 5
Service : 3.5 out of 5
Mending rame-rame kalau kesini ya...
PS : opinions are mine.
Wednesday, July 5, 2017
Ngopi di Pasar, kata Nomaden Coffee.
Saya yakin, penikmat kopi di kota Malang jauh lebih mengerti tentang tempat yang unik ini, Nomaden Coffee.
Nomaden alias berpindah-pindah, ya kan?
Soalnya saya dulu pernah melihat lapak Nomaden di pinggir jalan raya Kalpataru.
Saya belum sempat mencicipinya karena tempat parkir yang kurang memadai dan....isinya kok cowok semua ya? 😅
Lama tidak terlihat atau membaca kabarnya di sosial media, saya cukup antusias ketika mengetahui bahwa Nomaden membuka lapaknya di Pasar Tawangmangu, berupa kedai.. bukan berupa lapak lesehan di pinggir jalan yang jelas membuat saya kesulitan memarkirkan roda 4.
Akhirnya nekat pergi sendirian, sudah jelang maghrib saya tiba di sana. Awalnya saya ragu memasuki kedai tersebut sebab...lagi-lagi isinya cowok semua, hahahaha. Namun saya melihat 2 orang mahasiswi di dalam, maka saya langsung masuk tanpa ragu.
Disambut langsung oleh pemilik sekaligus barista, saya langsung memesan kopi di meja yang menjadi satu dengan tempat memgerjakan kopi pesanan para pelanggan.
Iya. Kedainya kecil sekali, tak heran ketika malam hari suasana di depan kedai akan dipenuhi kursi-kursi yang berisikan para pelanggan setia Nomaden Coffee yang tentunya tidak akan muat jika semuanya dimasukkan ke dalam kedai.
Plus...kedai juga diperuntukkan sebagai no smoking area.
Yang mau ngebul...monggo di pelataran depan kedai ya.
Kopi disajikan dengan alat seduh manual, tak ada mesin espresso yang shopisticated itu. Menunya juga terbatas. Saya seringnya pesen kopi filter dengan nyobain berbagai biji kopi yang tersedia di sana. Sampai saya lupa udah nyobain apa aja, habisnya...semuanya langsung jadi terasa enak.
Ntah apa karena kedai ini saja yang saya bisa langsung merasa akrab (mengingat umur saya yang 30++ ini udah gak pantes gaul heboh dengan owner sebuah kedai hahahah) atau memang brewingnya yang pas. Ntahlah.
Soalnya saya pernah nyobain ngopi, di sebuah kafe di kota Jember, katanya kopi di sana enak. 14mili coffee namanya. Saya pesan jenis kopi dan cara saring yang sama tapi hasilnya beda. Ntah beda sub spesies dari biji kopinya atau beda tangan penyeduh akan beda pula hasilnya? Sama seperti orang memasak ya.
Kelebihan lapak Nomaden Coffee kali ini jelas... area parkir roda 4 nya banyak. Wong tempat parkirnya bisa memanfaatkan semua area parkir di Pasar Tawangmangu. Meskipun berada di dalam pasar, tapi tidak tercium aroma pasar yang "ajaib" itu, if you know what I mean. 😂
Yang jelas lapaknya bersih dan aromanya harum aroma kopi.
Wifi?
No wifi sepertinya.
Pokoknya sinyal 4G XL bisa nyampe di dalam sini saya udah cukup hepi mengingat sinyal 4G XL yang kelewat payah 😐
Ini hanya sedikit pengalaman saya merasakan suasana ngopi di pasar.
Cocoknya didatangi beramai-ramai, kalau datang sendirian (apalagi cewe) bakal terasa kurang pas kecuali kalian memang tidak keberatan untuk duduk sendirian sih.
Enjoy your coffee.
Nomaden alias berpindah-pindah, ya kan?
Soalnya saya dulu pernah melihat lapak Nomaden di pinggir jalan raya Kalpataru.
Saya belum sempat mencicipinya karena tempat parkir yang kurang memadai dan....isinya kok cowok semua ya? 😅
Lama tidak terlihat atau membaca kabarnya di sosial media, saya cukup antusias ketika mengetahui bahwa Nomaden membuka lapaknya di Pasar Tawangmangu, berupa kedai.. bukan berupa lapak lesehan di pinggir jalan yang jelas membuat saya kesulitan memarkirkan roda 4.
Akhirnya nekat pergi sendirian, sudah jelang maghrib saya tiba di sana. Awalnya saya ragu memasuki kedai tersebut sebab...lagi-lagi isinya cowok semua, hahahaha. Namun saya melihat 2 orang mahasiswi di dalam, maka saya langsung masuk tanpa ragu.
Disambut langsung oleh pemilik sekaligus barista, saya langsung memesan kopi di meja yang menjadi satu dengan tempat memgerjakan kopi pesanan para pelanggan.
Iya. Kedainya kecil sekali, tak heran ketika malam hari suasana di depan kedai akan dipenuhi kursi-kursi yang berisikan para pelanggan setia Nomaden Coffee yang tentunya tidak akan muat jika semuanya dimasukkan ke dalam kedai.
Plus...kedai juga diperuntukkan sebagai no smoking area.
Yang mau ngebul...monggo di pelataran depan kedai ya.
Small, close, and private. |
Kopi disajikan dengan alat seduh manual, tak ada mesin espresso yang shopisticated itu. Menunya juga terbatas. Saya seringnya pesen kopi filter dengan nyobain berbagai biji kopi yang tersedia di sana. Sampai saya lupa udah nyobain apa aja, habisnya...semuanya langsung jadi terasa enak.
Ntah apa karena kedai ini saja yang saya bisa langsung merasa akrab (mengingat umur saya yang 30++ ini udah gak pantes gaul heboh dengan owner sebuah kedai hahahah) atau memang brewingnya yang pas. Ntahlah.
Ampe bisa sedeket ini ama baristanya bahkan bisa melihat isi perabotan dapurnya 😄 |
Soalnya saya pernah nyobain ngopi, di sebuah kafe di kota Jember, katanya kopi di sana enak. 14mili coffee namanya. Saya pesan jenis kopi dan cara saring yang sama tapi hasilnya beda. Ntah beda sub spesies dari biji kopinya atau beda tangan penyeduh akan beda pula hasilnya? Sama seperti orang memasak ya.
Kelebihan lapak Nomaden Coffee kali ini jelas... area parkir roda 4 nya banyak. Wong tempat parkirnya bisa memanfaatkan semua area parkir di Pasar Tawangmangu. Meskipun berada di dalam pasar, tapi tidak tercium aroma pasar yang "ajaib" itu, if you know what I mean. 😂
Yang jelas lapaknya bersih dan aromanya harum aroma kopi.
Wifi?
No wifi sepertinya.
Pokoknya sinyal 4G XL bisa nyampe di dalam sini saya udah cukup hepi mengingat sinyal 4G XL yang kelewat payah 😐
Ini hanya sedikit pengalaman saya merasakan suasana ngopi di pasar.
Cocoknya didatangi beramai-ramai, kalau datang sendirian (apalagi cewe) bakal terasa kurang pas kecuali kalian memang tidak keberatan untuk duduk sendirian sih.
Enjoy your coffee.
Tuesday, July 4, 2017
Ilmu tersulit di dunia.
I've been through something and...
It made me sad.
That's why I wrote this to lessen the pain.
Hopefully...
(Cukup sampai disini bahasa Inggrisnya, lanjutannya in Bahasa saja ya 😅)
Banyak sebenarnya perkataan orang yang saya masukkan dalam hati, banget.
Padahal itu gak bagus untuk diri sendiri.
Saya jadi sering kepikiran.
Tapi jujur, sungguhlah sulit menumbuhkan rasa ikhlas yang harapannya bisa legowo dalam menjalani kehidupan.
Rasa iri juga hampir selalu mengikuti kemana saja.
Padahal, itu tak seindah kelihatannya sehingga harusnya kita tak perlu repot memelihara rasa tersebut.
Tapi...untuk kali ini, otakku kalah.
Kadang menyerah sampai bosan marah-marah.
Dan lalu hanya bisa diam dan mencoba lagi menjalani hidup.
"Mulai dari nol ya.."
Andai kalian kenal saya yang dulu, saya ini orangnya galak, jutek, egois, gak logis, tidak sabaran...udahlah monggo disebutkan semuanya.
Saya yakin saya mempunyai semua sifat buruk tersebut.
Beruntungnya sekarang saya sudah memiliki suami yang bisa menjadi pengingat.
Beruntung lagi, suami tidak memaksa saya untuk kerja ikut orang sehingga saya jarang sekali bertemu manusia lain secara langsung.
Dijamin..saya sulit kontrol emosi saya bila berhadapan langsung dengan orang yang tidak sependapat dengan saya.
Untuk saat ini yang saya usahakan mati-matian adalah menahan emosi menghadapi orang-orang terdekat, ntah itu keluarga, teman dekat bahkan tetangga atau pedagang keliling langganan.
Saya mungkin punya bakat, sulit berpura-pura, sehingga itu tadi...saya harus mati-matian agar orang tidak tau saya ini sedang emosi atau tidak suka dengan orang tersebut dan saya yakin saya masih sering gagal untuk hal ini karena saya memang sungguh tidak bisa berpura-pura baik.
Padahal saya tau, (pura-pura)baik ke orang akan dicintai banyak orang juga.
Terkadang saya memaksa untuk berbuat baik dengan harapan akan menerima sesuatu yang sama baiknya.
Tapi...kebanyakan semuanya jauh dari ekspektasi.
Bener kata kakak kelas saya,
"Berbuat baik ya berbuat baik aja. Jangan mengharap imbalan apalagi berharap itu akan menghapus dosamu yang lain. Jangan! Dosa ya dosa. Baik ya baik. Simple!"
Itu kenapa mungkin saya akan nampak tidak rajin membantu sesama 😅
Bukan apa.. saya akan membantu sesuai kemampuan saya.
Meski saya tau, membantu sesama itu besar pahalanya namun akan sirna jika kita tidak ikhlas menjalankannya, iya kan?
Iya. Itu yang saya yakini.
Saya tidak akan (lagi) membantu hanya demi terlihat baik.
Saya tidak akan (lagi) membantu hanya demi memenangkan hati orang-orang tertentu.
No more.
Suami saya sering bilang,
"Gak usah memaksakan diri (untuk terlihat baik), kalo gak bisa menyenangkan orang lain mending tenang-tenang aja. Orang itu tau kok kalo semisal kita ini tulus atau engga.."
Ya sih, saya setuju.
Saya juga bisa merasakan orang mana-mana saja yang memperlakukan saya dengan tulus atau sekedar basa-basi.
Oleh karena itu, ketulusan akan terbayar dengan ketulusan yang lainnya.
Mungkin Tuhan sendiri yang akan membalas ketulusan itu dengan caraNya.
So, when I give you a hand... it means I really want to help you, sincerely.
Dan itu ikhlas banget.
Tanpa kepura-puraan.
Cuman saya akan sekali lagi mengingatkan diri sendiri..
Ketulusan yang diberikan jangan diharap untuk dikembalikan oleh orang yang sama.
Ikhlaskan saja.
Biar nanti Allah SWT yang urus.
Harapan saya untuk saat ini,
Semoga saya bisa segera mengikhlaskan semuanya.
It made me sad.
That's why I wrote this to lessen the pain.
Hopefully...
(Cukup sampai disini bahasa Inggrisnya, lanjutannya in Bahasa saja ya 😅)
Banyak sebenarnya perkataan orang yang saya masukkan dalam hati, banget.
Padahal itu gak bagus untuk diri sendiri.
Saya jadi sering kepikiran.
Tapi jujur, sungguhlah sulit menumbuhkan rasa ikhlas yang harapannya bisa legowo dalam menjalani kehidupan.
Rasa iri juga hampir selalu mengikuti kemana saja.
Padahal, itu tak seindah kelihatannya sehingga harusnya kita tak perlu repot memelihara rasa tersebut.
Tapi...untuk kali ini, otakku kalah.
Kadang menyerah sampai bosan marah-marah.
Dan lalu hanya bisa diam dan mencoba lagi menjalani hidup.
"Mulai dari nol ya.."
Andai kalian kenal saya yang dulu, saya ini orangnya galak, jutek, egois, gak logis, tidak sabaran...udahlah monggo disebutkan semuanya.
Saya yakin saya mempunyai semua sifat buruk tersebut.
Beruntungnya sekarang saya sudah memiliki suami yang bisa menjadi pengingat.
Beruntung lagi, suami tidak memaksa saya untuk kerja ikut orang sehingga saya jarang sekali bertemu manusia lain secara langsung.
Dijamin..saya sulit kontrol emosi saya bila berhadapan langsung dengan orang yang tidak sependapat dengan saya.
Untuk saat ini yang saya usahakan mati-matian adalah menahan emosi menghadapi orang-orang terdekat, ntah itu keluarga, teman dekat bahkan tetangga atau pedagang keliling langganan.
Saya mungkin punya bakat, sulit berpura-pura, sehingga itu tadi...saya harus mati-matian agar orang tidak tau saya ini sedang emosi atau tidak suka dengan orang tersebut dan saya yakin saya masih sering gagal untuk hal ini karena saya memang sungguh tidak bisa berpura-pura baik.
Padahal saya tau, (pura-pura)baik ke orang akan dicintai banyak orang juga.
Terkadang saya memaksa untuk berbuat baik dengan harapan akan menerima sesuatu yang sama baiknya.
Tapi...kebanyakan semuanya jauh dari ekspektasi.
Bener kata kakak kelas saya,
"Berbuat baik ya berbuat baik aja. Jangan mengharap imbalan apalagi berharap itu akan menghapus dosamu yang lain. Jangan! Dosa ya dosa. Baik ya baik. Simple!"
Itu kenapa mungkin saya akan nampak tidak rajin membantu sesama 😅
Bukan apa.. saya akan membantu sesuai kemampuan saya.
Meski saya tau, membantu sesama itu besar pahalanya namun akan sirna jika kita tidak ikhlas menjalankannya, iya kan?
Iya. Itu yang saya yakini.
Saya tidak akan (lagi) membantu hanya demi terlihat baik.
Saya tidak akan (lagi) membantu hanya demi memenangkan hati orang-orang tertentu.
No more.
Suami saya sering bilang,
"Gak usah memaksakan diri (untuk terlihat baik), kalo gak bisa menyenangkan orang lain mending tenang-tenang aja. Orang itu tau kok kalo semisal kita ini tulus atau engga.."
Ya sih, saya setuju.
Saya juga bisa merasakan orang mana-mana saja yang memperlakukan saya dengan tulus atau sekedar basa-basi.
Oleh karena itu, ketulusan akan terbayar dengan ketulusan yang lainnya.
Mungkin Tuhan sendiri yang akan membalas ketulusan itu dengan caraNya.
So, when I give you a hand... it means I really want to help you, sincerely.
Dan itu ikhlas banget.
Tanpa kepura-puraan.
Cuman saya akan sekali lagi mengingatkan diri sendiri..
Ketulusan yang diberikan jangan diharap untuk dikembalikan oleh orang yang sama.
Ikhlaskan saja.
Biar nanti Allah SWT yang urus.
Harapan saya untuk saat ini,
Semoga saya bisa segera mengikhlaskan semuanya.
Wednesday, June 21, 2017
Get well soon Makbeb..
Postingan ini memang saya tujukan khusus untuk seorang teman yang sedang berjuang menjalani sakit yang sedang ia derita.
Sakitnya ini bisa dibilang satu dari sekian banyak penyakit yang ditakuti masyarakat kita namun teman saya menjalaninya dengan hati ringan.
Pun ia menemukan sakitnya ini secara kebetulan, kebetulan ia harus menjalani prosedur cek kesehatan secara lengkap dan disinilah ia menemukan sakit tersebut.
Secara umum kondisinya nampak seperti orang yang sehat walafiat namun hasil tes darahnya, kacau. Dan saya salut dengan kondisi darah yang seperti itu, ia nampak baik-baik saja. Kami pun sempat bertemu 2 minggu lalu dan ia masih nampak sama sehatnya dengan keadaan 2 minggu lalu, hanya saja saya baru tau kalau sakit perut yang ia alami saat lebaran tahun lalu adalah awal kejadian penyakit tersebut.
Entah kenapa rasanya tahun 2017 ini hidup saya tidak jauh dari rumah sakit. Pun tadi saat sedang mengunjungi teman saya yang sedang sakit itu, hati ini rasanya ikut-ikutan ngilu. Saya juga belum 100% pulih seperti sedia kala lalu melihat teman saya yang sakit, pikiran saya jadi ngaco kemana-mana.
Andai saya yang ada di posisi teman saya, sudah bisa dipastikan kalau saya akan menangis tanpa henti, denial berkali-kali, dan bakal mikir akan segera pergi.
Yang masih mengganjal sebenarnya adalah apa yang menjadi pencetus penyakit tersebut mengingat teman saya selalu menjalani gaya hidup yang sehat. Dokter hanya melarang teman saya beraktivitas berlebihan yang dapat mengakibatkan lelah.
Semoga teman saya diberi kekuatan dan ketabahan dalam menjalani pengobatannya,
Semoga teman saya selalu mendapat kemudahan dalam menjalani kesehariannya setelah ini,
Semoga Allah SWT segera mengangkat penyakit teman saya itu.
Semoga di bulan Ramadan ini, tulisan yang sekaligus mewakili doa saya ini dikabulkan Allah SWT., amiiiin.
Sakitnya ini bisa dibilang satu dari sekian banyak penyakit yang ditakuti masyarakat kita namun teman saya menjalaninya dengan hati ringan.
Pun ia menemukan sakitnya ini secara kebetulan, kebetulan ia harus menjalani prosedur cek kesehatan secara lengkap dan disinilah ia menemukan sakit tersebut.
Secara umum kondisinya nampak seperti orang yang sehat walafiat namun hasil tes darahnya, kacau. Dan saya salut dengan kondisi darah yang seperti itu, ia nampak baik-baik saja. Kami pun sempat bertemu 2 minggu lalu dan ia masih nampak sama sehatnya dengan keadaan 2 minggu lalu, hanya saja saya baru tau kalau sakit perut yang ia alami saat lebaran tahun lalu adalah awal kejadian penyakit tersebut.
Entah kenapa rasanya tahun 2017 ini hidup saya tidak jauh dari rumah sakit. Pun tadi saat sedang mengunjungi teman saya yang sedang sakit itu, hati ini rasanya ikut-ikutan ngilu. Saya juga belum 100% pulih seperti sedia kala lalu melihat teman saya yang sakit, pikiran saya jadi ngaco kemana-mana.
Andai saya yang ada di posisi teman saya, sudah bisa dipastikan kalau saya akan menangis tanpa henti, denial berkali-kali, dan bakal mikir akan segera pergi.
Yang masih mengganjal sebenarnya adalah apa yang menjadi pencetus penyakit tersebut mengingat teman saya selalu menjalani gaya hidup yang sehat. Dokter hanya melarang teman saya beraktivitas berlebihan yang dapat mengakibatkan lelah.
Semoga teman saya diberi kekuatan dan ketabahan dalam menjalani pengobatannya,
Semoga teman saya selalu mendapat kemudahan dalam menjalani kesehariannya setelah ini,
Semoga Allah SWT segera mengangkat penyakit teman saya itu.
Semoga di bulan Ramadan ini, tulisan yang sekaligus mewakili doa saya ini dikabulkan Allah SWT., amiiiin.
Friday, April 28, 2017
Malang Sejuta Kopi. BEST EVENT EVER!
Disaat kalian membaca tulisan ini, kemungkinan besar event "Malang Sejuta Kopi" sudah berakhir.
Ini sesungguhnya event ter-keren sepanjang saya menjadi warga bumi Arema 5 tahun ini.
Apakah itu "Malang Sejuta Kopi"?
Secara singkat,
Ini adalah event yang digagas oleh pemkot Malang dalam rangka HUT kota Malang yang jatuh tiap tanggal 1 April.
Sebuah event yang intinya membagi-bagikan kopi gratis sebulan penuh dari tanggal 1 - 30 April kepada warga kota Malang mengingat perkembangan warung, kafe, kedai, atau kios kopi di kota Malang ini berkembang sangat pesat sekali. Bisa dibayangkan, seharusnya kota ini menjadi surganya pecinta kopi.
Ada beberapa coffee shop atau kedai kopi yang berpartisipasi dalam event ini.
Mereka memberi kopi gratis di jam tertentu, jumlah cups tertentu atau varian tertentu.
Intinya.....
Banyak tempat ngopi gratis di kota Malang selama bulan April, gaes!
Dan saya adalah salah satu warga yang cukup puyeng mau kemana hari ini demi mendapat kopi gratis tersebut! 😂
Ya...nggak setiap hari juga saya keloyongan cari tempat ngopi gratis ya... karena saya juga ragu akan syarat dan ketentuan yang berlaku mengingat beda warung beda kebijakan.
Maka saya putuskan untuk membaca-baca tagar malangsejutakopi di instagram dan disinilah saya berada...
Java Dancer.
Kedai FAVORIT
Paling baik nih.
Boleh minum Cappuccino, Latte atau Americano gratis.
Di jam tertentu ya.
Dan bisa juga di Java Dancer cabang ke-2 di jalan Jakarta.
Aventree.
Bisa ngopi gratis at anytime, asal.. masih dalam kuota 15 cangkir per harinya.
Yang bisa diminum gratis di sini yaitu varian Americano, saja.
Enak ni ngopi sore di halaman luar kafe ini.
Ngeliatin kendaraan ber-macet-macetan 😆
A Cup Of Java, Makan Nakam Food Court Sarinah Malang
Kalian harus ambil kupon yang disediakan di depan eskalator yang berada tepat di depan food court ini ya.
Kuponnya udah ditulis tanggal di belakangnya.
Cuma bisa minum kopi tubruknya aja ya. 😆
Last...
Telescope.
Try your luck!
Kalo disini, minta kupon kopi gratisnya dulu, lalu baru bisa dipakai keesokan harinya.
Nice marketing strategy!
Iyalah, kamu harus nyoba jajan disini dulu dong ya sebelom dapet gratisan, hihi...
Ya gapapa. Disini murah kok jajan kopinya.
Untung beberapa hari sebelumnya saya udah jajan disini bareng temen-temen.
Asal duduk di bawah ya, nyesss... Adem.
Kalo di 2nd floor nya, wah...aromanya udah kayak kosan cowok.
Hahahaha, kapan-kapan dibahas sendiri ya!
Harus pilih lintingan kertas untuk menentukan saya bisa ngopi apa dari kupon malang sejuta kopi tersebut.
Dan saya dapet cappuccino.
Hore! 😄
Still, ordered 2 cups more of their filtered coffee. But it's not free ya!
Sebenarnya masih ada lebih dari 15 coffee shop yang belum saya datangi.
Banyak diantaranya kafe-kafe baru yang saya belum ngeh dimana lokasinya.
Besar harapan saya agar event ini diadakan lagi tahun depan dengan publikasi yang lebih ramai.
Iya sih, sudah dikabarkan via akun-akun info kota dan blogger kenamaan kota Malang.
Tapi dari pengamatan saya, agaknya masih banyak yang malu-malu memanfaatkan momen ini.
Atau memang...kopi-kopi yang digratiskan kurang cocok dengan selera kebanyakan orang ya? hehe..ntahlah.
Setahu saya di tiap CFD minggu pagi ada acara bagi-bagi kopi gratis juga ya?
Saya ga sempat icip.
Karena jam ngopi saya itu diatas jam 2 siang. 😆
Terimakasih bagi pemkot Malang yang turut mensponsori kegiatan ngopi saya selama bulan April ini.
Semoga pemkot Malang tidak kapok.
He heeee.
Wednesday, April 26, 2017
Golden Heritage Koffie, Malang. Another fave spot!
Dari sekian banyak dokumentasi coffee shop yang sempat saya cicipi, ternyata saya kelupaan belum cerita yang satu ini.
Salah satu coffee shop yang bisa dibilang termasuk golongan coffee shop kesayangan saya dan suami.
Kalau kami buntu "ngopi dimana ya kita hari ini?"
Kalo nggak ke Java Dancer 1 atau 2...
Maka kami langsung cusss kemari.
Golden Heritage Koffie.
Atau GH Koffie.
😄
Dulu, lokasi kedai ini masih berada di daerah yang menuju Sulfat. Lantas mereka pindah di jalan Tidar.
Kami sempat kehilangan tempat ini sebab, kami lamaaaa sekali menemukan lokasi kedai barunya disebabkan kami jarang melintas daerah Tidar ini.
Sekalinya ketemu, jam buka-nya sempat tidak jelas, yang saya ingat jam 7 malam sudah tutup.
Sedih kan.
Setelah beberapa kali terpaksa melintas daerah tersebut, dikarenakan lokasinya dekat dengan alamat fisioterapi langganan saya, maka sempat juga kami untuk mampir dan hampir ketagihan kesana.
Sampai beberapa kolega selalu kami ajak berkunjung kesana untuk menghabiskan sore hari.
Apa istimewanya tempat ini?
Lihat foto saya diatas?
😆😋
Oke, yang saya suka dari tempat ini....
Mulai dari interior, rasa kopi, rasa makanan sampai lokasi yang mana kita bisa dengan mudah menemukan tempat untuk meletakkan kendaraan roda 4, wifi, kamar mandi kece, hahaha...udahlah, semuanya saya suka!
Mereka juga menyajikan kopi yang diseduh menggunakan nitrogen, alias cold brew. Seru ya! Tapi maag saya selalu kambuh tiap minum kopi yang diseduh seperti ini. 😅 |
Favorit saya biasanya kopi dengan penyajian menggunakan Press dan biji kopinya yaitu Sumatra Blue Lintong.
Opsi kopi lainnya yaitu kopi disajikan ala Vietnam Drip.
Untuk snack, paling favorit makan kebabnya 😉.
Mesin (kalo gak salah ya...) roastingnya keren ya? Warnanya cakep 😍 |
Hot Vietnam Drip to loosen up some bitter part of your life. |
Kebab 20 ribuan. Lupa harga pastinya. Enak. 👌 |
The man behind your nitro cold brew coffee. |
Berapa kali jajan disini, belum sekalipun sempat mencicipi "kece"nya lantai 2 mereka, sebab lantai 2 dibuka hanya saat pengunjung keliwat ramai atau diatas jam 6 sore kalau saya tidak salah ingat.
Well, yang jelas saya makin mupeng setelah melihat beberapa selebgram sukses berfoto di lantai 2 GH Koffie ini.
Oh I wish I were one of that gorgeous selebgram! 😝😝😝
Yang jelas, semua spot di sini instagram-able.
Plusnya lagi...gak cuman abg aja yang nongkrong disini.
Kami yang 30++ feel welcome here. Hahaha
Judging time! Haha!
Price : 3.5 out of 5 (don't forget there's also service charge)
Taste : 4 out of 5
Ambience : 4.5 out of 5
Facility : 4.5 out of 5
Thursday, March 30, 2017
The ideal coffee shop for my afternoon coffee. Just my 2cents.
Ngopi sore dimana kalian?
Hehe..
Maaf ya, ini masih seputaran warung kopi yang enak didatengin sore-sore sembari menikmati angin sepoi-sepoi (itu juga kalau tidak hujan).
Saya heran.
Kenapa saya masih sulit juga menemukan tempat ngopi sore yang enak.
Yang kopinya beneran (bukan kopi sachet).
Yang ada tempat parkir untuk roda empat.
Yang masih bisa lihat lalu-lalang kendaraan di jalan raya.
Yang free wifi dan colokan. (Kuota saya cepet habis ni, maklum ye...)
Yang harganya masuk akal (WAJIB NIH 😆).
Plus....bisa menampung kami-kami yang sudah gak pantes dibilang abg lagi.
Trust me,
I suddenly feel so uncomfy among the teens.
Why?
Selain karena saya sudah seperti tante mereka..
Biasanya..
Kafe atau coffee shop atau bistro atau kedai atau apalah istilahnya...
Yang sasarannya hanya untuk remaja dan anak baru kuliah...
Biasanya..(lagi)
Too loud.
Too many judgemental eyes.
Too many disturbing sound alias...pilihan lagu yang (kayaknya harus banget yak) edm-ish pun....dengan volume yang keras.
Wajar ya, masa muda. Suka heboh dan berisik, saya maklum kok.
YOLO BITCH! They said.
Tapi..coba deh meski musik edm, volumenya jangan disamain ama suara adzan dong.. Gapapa kok kalo mau muter lagunya mbak Selena Gomez atau Alan Walker asal volumenya low aja.
Biar bisa enak dibuat ngobrol juga.
Lha kalo musiknya kenceng, pengunjungnya tentu akan lebih kenceng kan obrolannya (teriakannya).
Lha ini mau nongkrong apa mau lelang barang?
Saya sadar juga, bapak-bapak pun kalo udah kumpul, huwaw...suaranya kenceng!
Tapi..backsound cafe yang RATA-RATA dikunjungi bapak-bapak tuh biasanya juga musik-musik instrumen yang selow begitu. Pokoknya yang volumenya standart saja.
Etapi ngga tau juga ya kalo bapak-bapak itu nongkrongnya di warung yang muterin dangdut koplo.
Jelasnya saya mending nggak kesana dan itu bukan definisi kafe atau tempat tongkrongan yang saya maksud disini ya.
Clear kan..
Hehe.
Oh, kalau bisa...
Coffee shop juga menyediakan makanan berat.
Jangan cuma nasgor, burger, sandwich, spaghetti atau mie-mie an.
Sepengetahuan saya tempat makan komplit tuh cuma kafe-kafe hotel.
Ya nongkrong, ya makan, ya ngopi.
Tapi kafe-kafe hotel kan jadi tidak bisa lihat lalu lalang kendaraan.
Belum lagi coffee shop hotel yang pastinya akan memasang harga tinggi, wah... jelas tidak masuk kriteria kantong saya nih.
Haha.
Oke,
Segini dulu.
Bila ada pemilik kafe yang tersinggung dengan tulisan saya, saya mohon maaf ya.
Syukur kalau ini bisa jadi bahan masukan.
😙
Hehe..
Maaf ya, ini masih seputaran warung kopi yang enak didatengin sore-sore sembari menikmati angin sepoi-sepoi (itu juga kalau tidak hujan).
Saya heran.
Kenapa saya masih sulit juga menemukan tempat ngopi sore yang enak.
Yang kopinya beneran (bukan kopi sachet).
Yang ada tempat parkir untuk roda empat.
Yang masih bisa lihat lalu-lalang kendaraan di jalan raya.
Yang free wifi dan colokan. (Kuota saya cepet habis ni, maklum ye...)
Yang harganya masuk akal (WAJIB NIH 😆).
Plus....bisa menampung kami-kami yang sudah gak pantes dibilang abg lagi.
Trust me,
I suddenly feel so uncomfy among the teens.
Why?
Selain karena saya sudah seperti tante mereka..
Biasanya..
Kafe atau coffee shop atau bistro atau kedai atau apalah istilahnya...
Yang sasarannya hanya untuk remaja dan anak baru kuliah...
Biasanya..(lagi)
Too loud.
Too many judgemental eyes.
Too many disturbing sound alias...pilihan lagu yang (kayaknya harus banget yak) edm-ish pun....dengan volume yang keras.
Wajar ya, masa muda. Suka heboh dan berisik, saya maklum kok.
YOLO BITCH! They said.
Tapi..coba deh meski musik edm, volumenya jangan disamain ama suara adzan dong.. Gapapa kok kalo mau muter lagunya mbak Selena Gomez atau Alan Walker asal volumenya low aja.
Biar bisa enak dibuat ngobrol juga.
Lha kalo musiknya kenceng, pengunjungnya tentu akan lebih kenceng kan obrolannya (teriakannya).
Lha ini mau nongkrong apa mau lelang barang?
Saya sadar juga, bapak-bapak pun kalo udah kumpul, huwaw...suaranya kenceng!
Tapi..backsound cafe yang RATA-RATA dikunjungi bapak-bapak tuh biasanya juga musik-musik instrumen yang selow begitu. Pokoknya yang volumenya standart saja.
Etapi ngga tau juga ya kalo bapak-bapak itu nongkrongnya di warung yang muterin dangdut koplo.
Jelasnya saya mending nggak kesana dan itu bukan definisi kafe atau tempat tongkrongan yang saya maksud disini ya.
Clear kan..
Hehe.
Oh, kalau bisa...
Coffee shop juga menyediakan makanan berat.
Jangan cuma nasgor, burger, sandwich, spaghetti atau mie-mie an.
Sepengetahuan saya tempat makan komplit tuh cuma kafe-kafe hotel.
Ya nongkrong, ya makan, ya ngopi.
Tapi kafe-kafe hotel kan jadi tidak bisa lihat lalu lalang kendaraan.
Belum lagi coffee shop hotel yang pastinya akan memasang harga tinggi, wah... jelas tidak masuk kriteria kantong saya nih.
Haha.
Oke,
Segini dulu.
Bila ada pemilik kafe yang tersinggung dengan tulisan saya, saya mohon maaf ya.
Syukur kalau ini bisa jadi bahan masukan.
😙
Saturday, March 18, 2017
Kok kangen ke "Bureau" ya..
Masih seputaran ngopi di sore hari.
Saya selalu suka suasana kopi sore saya bertemankan ramainya lalu lalang jalan raya dan kesibukan kota.
Tapi ya...jangan yang penuh asap juga.
Kasihan kulit saya. 😁
Tersebutlah "Bureau Coffee and Dine".
Dari namanya saja sudah tentu ini salah satu tempat ngopi.
Terletak di salah satu pusat keramaian kota Malang yaitu di daerah Sukarno Hatta (Suhat).
Apa yang tidak "ramai" jika sudah berada di daerah Suhat ini? 🤔
Maka seketika itu juga saya semangat mencoba kopi yang mereka jadikan salah satu menu utama.
Pun letaknya tidak jauh dari rumah saya, cukup 10 menit berkendara.
Bureau ini berada di lantai 2 distro Sch.
Jadi, ketika kita duduk di Bureau, bisa melihat langsung suasana di dalam distro Sch. Lumayan sebagai teman melamun.
Melihat orang-orang memilih-milih pakaian terkadang bisa menjadi kesibukan baru bagi saya 😆
Berhubung saya selalu mengambil posisi smoking area saat bersama suami, maka view nya lebih menyenangkan lagi yaitu langsung menghadap jalan dan tentunya berteman langsung dengan angin sore.
The "no smoking area". |
Saya belum pernah mencoba menu main course mereka sebab sore hari bukanlah saat yang pas untuk makan makanan berat.
Kebanyakan hanya kopi dan cake.
Secara umum, untuk kopinya, termasuk jenis kopi yang light.
Pulang dari sini tidak lantas membuat jantung berdebar dan sakit perut 😁
Dan saya suka membeli snack atau cake yang ada di display dekat kasir, terutama cake karena seringkali ada bonus 1 scoop ice cream.
Buy roll cake free ice cream 😍 |
Menyenangkan, bukan? 😊
Extras :
Light snack |
Secara keseluruhan kalau saya boleh memberi penilaian..
Taste : 4 out of 5
Ambience : 4.5 out of 5
Service : 4 out of 5
Price : 3.5 out of 5
Facility : 3 out of 5 (siap-siap ga dapet tempat parkir untuk yang pakai roda 4)
So, wanna try?
PS : opinions are mine. I bought these by myself.
Saturday, March 11, 2017
Our (late) 6th Anniversary at Tomoo Steak x Grill
Sebulan tanpa post di blog ini... ah, saya merasa sedih.
Sungguh!
Sebab... saya masih sakit. Sedang mengalami gangguan di otot lutut, doakan lekas sembuh ya. 😅
Nah!
Gara-gara kaki sakit ini yang membuat kami terlambat dan hampir melupakan perayaan hari jadi kami yang ke-6.
Plus banyaknya acara keluarga yang menumpuk di bulan Februari.
Yasudahlah.
Pasrah saja menghabiskan bulan Februari dengan serangkaian fisioterapi agar saya bisa shalat dengan normal kembali.
Akhir bulan, akhir minggu, kami seperti biasa jalan-jalan untuk mencari kopi sore.
Pengennya ke coffee shop yang dekat saja dengan rumah, dan lalu mampirlah kami ke Tomoo, sebuah cafe? Resto? Bistro? Apalah pokoknya menu andalan mereka adalah semua yang dipanggang.
Beberapa kali juga saya hanya duduk ngopi disini tanpa memesan menu utama.
As long as there's coffee machine, I'd be very happy. |
The kitchen. Duduk di lantai bawah = siap bau asap. |
Not an appetizer 😂 |
Mereka juga menyediakan varian kopi nusantara yang juga disajikan secara umum, yaitu kopi tubruk.
Rasa kopinya juga terbilang cukup sesuai standar, tidak terlalu encer.
Untuk menu utamanya yaitu steak, hmmm..terbilang cukup enak untuk lidah saya. Pun harganya juga sesuai dengan rasa.
Saya biasanya minum cappuccino disini.
Sizenya kurang besar kalau untuk saya. 😋
I wish my cappuccino sized bigger than this 😄 |
Rasa steak di Tomoo boleh diadu dengan Holycow yang juga baru membuka gerainya di kota Malang.
Harga mereka juga terpaut agak jauh siy..
Namun untuk memuaskan rasa penasaran akan makan steak sebenarnya, bolehlah makan di Tomoo dulu.
Nanti kalau duit jajannya berlebihan, silahkan mampir ke Holycow atau... Tomoo saja cukup? You decide.
Foto lama. Awal mencoba makan steak di Tomoo tahun 2016. Maaf ya teman, saya lupa ini steak apa 😅 |
Promo steak di Tomoo selama bulan Februari 2017 lalu. HEMAT BANGET! Dan... rasanya enak! 👌 |
Sungguh tidak menyesal menghabiskan bulan Februari di Tomoo ini. Saat itu kami kebetulan masih kebagian promo steak untuk couple. Maklum ya.. Februari kan banyak promo menyambut Valentine, kan..
2 porsi steak plus minum hanya 150ribu rupiah saja.
Murah kan?
Hari biasa ngga akan dapet nih 😍
Selain steaknya cukup enak, saya juga sangat menikmati suasana Tomoo, baik lantai 1 maupun lantai 2 nya.
Sekalipun indoor, saya tidak merasa pengap dan sumpek berada di Tomoo sekalipun hanya sekedar menghabiskan waktu untuk ngopi saja.
View di salah satu meja di lantai 2 Tomoo. |
Vintage-industrial Theme? 2nd floor. |
Taste : 4 out of 5
Service : 4 out of 5
Ambience : 4 out of 5
Price : 3.5 out of 5
Facility : 4 out of 5
Umumnya pengunjung disini beragam mulai dari anak muda sampai keluarga, jadi tempat ini cocok bagi saya yang sudah berumur 30++ ini 😆
So, how do you want your steak?
Well done, please.
Saturday, January 28, 2017
The Bath Box for my daily basis.
Sejak divonis menjadi penderita FAM dan sudah operasi juga, pola pikir ini seketika berubah menjadi fobia dengan hal-hal yang bersinggungan dengan bahan kimia (berbahaya).
Terlebih perempuan yang setiap hari disibukkan dengan perawatan kulit(wajah)nya, yang sekalipun beberapa perawatan kulit sudah lulus uji Badan POM tapi hati ini masih saja ingin mencoba beralih ke perawatan kulit natural atau organik.
Bisa sih dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada di dapur...
Hanya saja saya tidak ada waktu untuk membuatnya sebab, perawatan kulit dari bahan-bahan alami yang langsung diracik di dapur haruslah segera digunakan sebab jika tidak akan rusak dan malah mungkin semakin mengiritasi kulit.
Gimana kalau tidak usah perawatan kulit agar aman?
Wah, kalau ini, saya tidak akan mau.
Merawat kulit(wajah) adalah prioritas.
Kalau make-up itu hanya tambahan.
Tapi bagi yang perawatan kulit wajahnya hanya dengan air wudhu saja, ya....
Silahkan.... 😁👍😁👍
Oke,
Mari saya lanjutkan tentang perjalanan saya dalam merawat kulit wajah di dua bulan terakhir ini.
Setelah berputar-putar di forum kesayangan, Female Daily, akhirnya saya memutuskan untuk mengganti semua perawatan kulit.
Brand yang saya pilih adalah The Bath Box (sekarang disingkat menjadi TBB ya..).
Why?
It's made in Indonesia.
It's natural.
Its reasonable price.
😉
Untuk produk yang hampir keseluruhannya natural, TBB ini jauh lebih murah dari produk kesayangan saya sebelumnya, TBS.
Tapi dengan kondisi keuangan yang harus saya atur agar lebih realistis lagi, TBB jauh memikat hati.
Akhirnya satu persatu produknya saya koleksi.
Belum semuanya sih..
Yang saya beli adalah produk yang memang saya perlukan untuk perawatan kulit harian.
Pertama kali belanja TBB di website, saya memilih body wash Goats Don't Lie Bourbon (yang sekarang varian Bourbon berganti nama menjadi Geranium), Scary Face Deep Pore Cleanser (scrub terfavorit!), dan I'll Be Perfect Face Oil.
Dan ternyata... saya diberikan free body wash Goats Don't Lie varian Plain dan Oat Milk Shampoo yang baunya ENAK BANGET.
Ini pendapat saya akan beberapa produk tadi
Oat Milk Cream Shampoo.
Terlebih perempuan yang setiap hari disibukkan dengan perawatan kulit(wajah)nya, yang sekalipun beberapa perawatan kulit sudah lulus uji Badan POM tapi hati ini masih saja ingin mencoba beralih ke perawatan kulit natural atau organik.
Bisa sih dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada di dapur...
Hanya saja saya tidak ada waktu untuk membuatnya sebab, perawatan kulit dari bahan-bahan alami yang langsung diracik di dapur haruslah segera digunakan sebab jika tidak akan rusak dan malah mungkin semakin mengiritasi kulit.
Gimana kalau tidak usah perawatan kulit agar aman?
Wah, kalau ini, saya tidak akan mau.
Merawat kulit(wajah) adalah prioritas.
Kalau make-up itu hanya tambahan.
Tapi bagi yang perawatan kulit wajahnya hanya dengan air wudhu saja, ya....
Silahkan.... 😁👍😁👍
Oke,
Mari saya lanjutkan tentang perjalanan saya dalam merawat kulit wajah di dua bulan terakhir ini.
Setelah berputar-putar di forum kesayangan, Female Daily, akhirnya saya memutuskan untuk mengganti semua perawatan kulit.
Brand yang saya pilih adalah The Bath Box (sekarang disingkat menjadi TBB ya..).
Why?
It's made in Indonesia.
It's natural.
Its reasonable price.
😉
Untuk produk yang hampir keseluruhannya natural, TBB ini jauh lebih murah dari produk kesayangan saya sebelumnya, TBS.
Tapi dengan kondisi keuangan yang harus saya atur agar lebih realistis lagi, TBB jauh memikat hati.
Akhirnya satu persatu produknya saya koleksi.
Belum semuanya sih..
Yang saya beli adalah produk yang memang saya perlukan untuk perawatan kulit harian.
Pertama kali belanja TBB di website, saya memilih body wash Goats Don't Lie Bourbon (yang sekarang varian Bourbon berganti nama menjadi Geranium), Scary Face Deep Pore Cleanser (scrub terfavorit!), dan I'll Be Perfect Face Oil.
Dan ternyata... saya diberikan free body wash Goats Don't Lie varian Plain dan Oat Milk Shampoo yang baunya ENAK BANGET.
Ini pendapat saya akan beberapa produk tadi
Goats Don't Lie Bourbon.
Wanginya ENAAAAK!
Saya merasa sangat beruntung sekali, pertama kali membeli, tidak pernah ada bayangan bagaimana baunya hanya bermodal asal pilih saja, begitu produknya ada di tangan saya...ternyata, baunya...hmmmmm, tipe wewangian kesukaan saya, BANGET! 😍
Ukuran 300 cc ini saya habiskan dalam waktu 2,5 bulan.
Busanya sedikit, saya tidak keberatan dan setelah dibilas tidak terasa licin.
Pun tidak membuat kulit saya menjadi kering.
Sebenarnya sejak memakai ini, saya agak jarang memakai body lotion ataupun deodoran, ntah karena cuaca mendukung atau memang efek dari produk ini.
Oat Milk Cream Shampoo.
Satu lagi produk TBB yang wanginya ENAK!
Sayangnya saya kurang cocok dengan produk ini.
Tidak cocoknya, rambut saya jadi lepek.
Bagus sih., tapi saya seperti tidak mandi kalau rambut saya nampak lepek 😆
Tapi kecenya... kulit kepala saya jadi jarang terasa gatal.
Sementara sampo-sampo saya biasanya rata-rata masih membuat kulit kepala saya gatal terutama jika saya terlalu lama memakai kerudung.
I'll Be Perfect Rebalancing Oil.
Ini adalah face oil.
Bagi saya yang sama sekali tidak ada pengalaman dengan face oil, saya agak takut wajah saya jadi berminyak setelahnya, apalagi ini dianjurkan dipakai malam hari dan dibawa tidur, saya ngeri akan timbul jerawat di keesokan hari.
Tapi ternyata...
Tidak sama sekali.
Ketakutan saya tidak terbukti.
Yang ada malah kulit saya mulai membaik teksturnya sekalipun tidak nampak 100% maksimal seperti kulit dibawah perawatan dokter kulit.
Pun baunya yang unik, malah membuat saya merasa nyaman.
Setelah merasa cocok dengan beberapa produk di atas, saya memutuskan untuk berbelanja kembali apalagi scrub Scary Face saya habis dan memang produk scrub ini harus dihabiskan dalam waktu 1 bulan jika tidak efektivitasnya akan menurun.
Sugar Face and Body Cleanser.
Scrub wajah kedua.
Warnanya hijau karena komposisinya bubuk teh hijau atau sepertinya ini betul-betul matcha powder yang kita tinggal menambahkan susu cair saja akan menjadi green tea latte 😆
Aromanya kental aroma matcha.
Tekstur gulanya masih terasa sekali, tapi tidak terasa menyakitkan juga saat digunakan.
Sejujurnya saya kurang suka dengan produk ini, kulit wajah saya terasa lebih bersih jika saya menggunakan si Scary Face karena mungkin pori wajah saya yang besar-besar sehingga membutuhkan deep pore cleanser.
Produk ini juga harus dihabiskan dalam waktu 1 bulan setelah dibuka.
Clayopatra Face Mask.
Membeli masker ini sejujurnya hanya karena tergoda dengan warna pink yang tercetak di labelnya 😅
Sebagai penggila warna pink dan aroma mawar, produk ini juga sukses membuat saya jatuh cinta. Wanginya ENAK!
Sejujurnya saya masih sulit melihat efektifitas produk ini di kulit wajah saya, tapi aroma mawarnya sungguh memberi efek tenang secara psikologis dan saya rasa jika ingin mendapat hasil maksimal, harus rajin-rajin menggunakan produk ini 2-3x seminggu dan sebaiknya produk ini memang harus segera dihabiskan karena TBB setahu saya tidak menggunakan pengawet sehingga produknya tidak tahan lama.
Abaikan The Ordinary-nya ya.... 😅
Soalnya saya agak malas memfoto satu-persatu saat
produk-produk ini datang bersamaan
Rapeseed Face Serum.
Kenapa saya beli serum?
Karena saya malas memakai pelembab dan sudah hampir 1 tahun terakhir saya kehabisan pelembab wajah alias tidak pernah memakainya dan hanya menggunakan sunblock saja untuk perawatan wajah pagi-siang.
Awalnya saya ragu dengan serum ini.
Dan saya menggunakannya berlapis dengan The Ordinary Niacinamide.
Hasilnya... kulit saya agak bermasalah, mulai nampak beruntusan .
Akhirnya saya memutuskan tidak menggunakan dua produk ini bersamaan lagi dan hasilnya cukup memuaskan.
Kulit wajah cukup terhidrasi mengingat tipe kulit wajah saya yang kering kombinasi, dengan penggunaan serum, saya sudah tidak lagi merasakan kulit kering di pipi. Pun tidak menjadikan area wajah saya yang berminyak menjadi parah.
Honey Glow Face Cleanser.
Sabun wajah minim busa ini baunya segar dan ada rasa manisnya sebab terbuat dari madu.
Saya menggunakannya sore hari sebagai ritual membersihkan wajah setelah seharian terpapar debu serta produk perawatan wajah seperti sunblock dan bedak.
Jika dibiarkan beberapa saat, akan terasa agak semriwing hehehe... hangat-dingin begitu dan jangan terkena mata ya... akan terasa pedih.
Setelah dibasuh akan terasa sensasi wajah "ketarik" atau kaku. Beberapa orang mungkin tidak akan suka, tapi bagi saya tidak masalah karena saya akan segera menggunakan Niacinamide sebagai perawatan wajah sore hari.
Surprise, Honey! Leave in Conditioner.
Satu lagi produk yang tidak sempat saya dokumentasikan karena saya terlalu malas mengambil gambarnya. 😅
Saya sulit menilai efektivitas produk ini, tapi......
Saya SUKA sekali produk ini.
Wanginya.... ENAK!
Aromanya mirip dengan aroma GDL Bourbon (Geranium) 😍
Saya menggunakannya usai keramas dengan kondisi rambut masih basah.
Yang jelas saya merasa ini cocok sekali sebagai parfum rambut, rambut apek karena kelamaan tertutup kerudung?
Nggak tuh! 😋
Produk TBB sebagian dengan kemasan lama
dan sebagian lagi dengan kemasan baru.
Scary Face Cleanser
Scrub wajah terfavorit!
Warnanya hitam pekat, tekstur kasarnya sangat menyenangkan di kulit wajah saya yang berpori besar ini.
Aromanya sekilas mirip dengan aroma face oil I'll be Perfect dan GDL Geranium, maka dari itu saya susaaaah sekali muvon dari produk ini.
Bisa dipastikan saya akan belanja TBB demi Scary Face ini. 😅
Terlebih saya merasa kulit saya lebih yakin bersihnya dengan tipe deep pore cleanser ini.
Semoga TBB terus memperhatikan kualitas produk scary face-nya sehingga saya tidak pusing lagi mencari face scrub yang sesuai.
Ocha Body Wash.
Agaknya sabun mandi satu ini tidak menggunakan bahan dasar susu kambing seperti produk Goats Don't Lie lainnya, tapi menggunakan bahan dasar teh hijau.
CMIIW ya.. karena saya masih belum sempat melihat-lihat lagi komposisinya, saya sudah terlanjur menggunakannya dengan senang, hahaha.
Aromanya tidak seharum GDL Geranium tapi busanya sedikit lebih banyak dari GDL.
Klaimnya produk ini bisa membantu mengatasi jerawat di punggung.
Well, let's see, saya belum bisa membuktikannya karena kebetulan akhir-akhir ini kulit punggung saya bermasalah karena cuaca dingin sehingga sering gatal sampai luka dan kadang menimbulkan radang.
Jika sempat, saya akan menuliskan kembali perkembangannya mengingat saya baru menggunakannya 1 minggu.
Oh dan dipembelian ketiga ini saya mendapatkan free lip scrub! 😍
Starbite Sugar Lip Scrub.
Lip scrub adalah satu kegiatan yang membuat saya kecanduan akan perawatan kulit. Dari sana saya sadar pentingnya merawat kulit setelah beberapa tahun melewatkan perawatan kulit dikarenakan masih sibuk sekolah 😄
Lip scrub dengan bahan gula asli ini klaimnya aman jika tertelan.
Hmmmm, kalau lapar, bisa jadi camilan nih. Abis... rasanya(aroma)nya enak! Aroma buah naga dan semangka.
Setelah menggunakan scrub ini, bibir memang langsung terasa lebih lembut.
I guess I'm in love with this sugar lip scrub!
Tastes heavenly on my lips!
That'all,
Itu semua produk TBB yang saya gunakan setiap hari.
Saya berharap terus cocok dengan produk TBB karena saya terlanjur jatuh hati.
Apalagi mereka sering memberi free product 😆😍😆😍.
Awalnya saya ragu membeli karena ongkos kirim yang mahal.
Di kota saya juga ada reseller TBB tapi agaknya tidak aktif berjualan, maka saya putuskan membeli langsung dari web.
Kelemahannya memang agak lama prosesnya.
Tapi alhamdulillah sejauh ini produk selalu datang dengan aman sentosa
Packaginya keren.
Adminnya pun baik sekalipun kadang slow respon.
Intinya saya puas sekali berbelanja di TBB dan semoga akan selalu seperti itu.
PS : opinions are mine. I bought these by myself, so trust me.. these are my honest opinions. 😄
Note : Results may vary, depends on individual skin condition.
Monday, January 23, 2017
My thoughts on 50 shades of Grey books. Jeeeezzz...
Baru kali ini menghabiskan trilogi, naskah aseli, dalam waktu 3 minggu-an dan genrenya adalah....
Tadaaaaa....
Pop erotis.
Hahahaha.
Yes, please judge me 😂
Tapi sejujurnya saya tidak peduli apa penilaian orang karena saya sudah menghabiskan trilogi "50 shades" karangan E.L. James ini.
(Buat yang tidak mengerti itu buku tentang apa, please use your google.)
Yang menjadi keheranan saya, buku ini sama sekali tidak dicekal di Indonesia yang marak dengan unsur agama (mayoritas)?
Apa karena yang berjihad mati-matian membela agama tersebut jarang baca buku?
But please.. ini jangan dicekal lah.
😥
Bentuk propaganda apa juga yang bisa terselip di novel pop erotis ini, yang mana tokoh utama di dalamnya hampir setiap beberapa halaman akan selalu beradegan erotis.
Di buku satu saya masih bisa merasakan greget akan adegan-adegan erotis tersebut. (Coba deh baca sendiri. Kecuali kalian sering baca stensilan pasti ya biasa aja. Hahahaha!)
Masuk buku dua, speed membaca saya semakin melaju bukan karena saya tak sabar mengkhayalkan adegan erotis tersebut, sayangnya adegan erotis sudah mulai membosankan dan saya lebih ingin mengetahui jalan cerita yang akan terjadi selanjutnya.
Buku tiga, wow...halamannya nambah! Buku 1 dan 2 hanya 300-an halaman. Buku 3 ini 500-an halaman. Hmmmm....nantangin? Sepertinya saya ingin segera menyelesaikannya juga.
Ibaratnya, saat kita hauuuus sekali, diberi minum satu gelas air maka akan terasa sangaaaat menyegarkan. Bahkan tergoda untuk nambah. Namun begitu sampai ke gelas kedua, tubuh ini mulai merasakan penuh dan eneg akan tetapi sebaiknya saya tetap meminumnya hanya demi meyakinkan diri sendiri bahwa saya sudah tidak haus lagi. Ditawari gelas ketiga? Oh, maaf. I'm full. Tapi... gelas ketiga tersebut ada tambahan sirup mocca, one of my fave syrup. Okay, bring it on!
Begitu.
Saya kira jalan ceritanya cukup tenang, tidak terlalu membuat kita kaget, minim plot twist dan hopelessly romantic, living your 7th heavens!
Kalau perempuan membaca buku ini dijamin pasti ingin punya suami sekaliber Christian Grey yang PANDAI membahagiakan istrinya lahir dan batin (bagian batinnya jangan dibahas ya...saru! Hihihi)
Karena ia kaya raya sampai-sampai Firaun ingin bangkit dari kuburnya didukung tampilan fisik yang kelewat tampan bahkan hanya dengan membayangkannya saja saya langsung terkapar.
Dijamin juga para perempuan yang membaca buku ini ingin menjadi seperti Anastasia Steele yang menikah muda, sempurna secara lahiriah, otak cemerlang dan tangguh meski seringkali nampak malu-malu.
Sayangnya, ini hanya fiksi.
Hahahaaha.
Inginnya hati ini menjabarkan jalan ceritanya yang sebenarnya cukup terangkum dalam 1,5 buku (karena 1,5 buku lebih isinya hanya tentang adegan erotis mulai dari vanilla hingga bdsm) tapi sebaiknya saya tak membocorkannya, please read it by yourself for your personal pleasure.
😋
Pada akhirnya, saya akan merindukan dua tokoh tersebut diatas.
Tokoh yang kehidupannya too good to be true.
Tuesday, January 10, 2017
Based on true events. 1
Sedang ingin menumpahkan pemikiran terdalam.
Curhat.
Tapi,
Agaknya tidak sopan jikalau terlalu terbuka.
Karena,
Ini masih sebatas dugaan saja.
Alkisah...
Seorang pekerja biasa yang sedang memulai perjalanan karirnya, sebut saja namanya Misti. (Oh no, this not gonna end up as a stories on a koran-koran lampu merah yes! 😄)
Misti beberapa tahun belakangan sedang memulai menata kehidupannya kembali. Terasa agak telat, tetapi...daripada tidak sama sekali. Begitu pikirnya sekalipun dia dicibir oleh akal sehatnya sendiri.
Sementara sudah berapa banyak kawannya yang sukses melampaui dirinya.
Baik sukses yang diraih dari jerih payah kawannya tersebut,
Atau....
Sukses yang didapat karena menikahi lelaki tajir mlintir.
The joy of being a woman! 😋
Berusaha keras untuk kembali memasuki kehidupan sosial bersama kawan lama, sesekali dua kali tiga empat kali (entah berapa lagi) dicoba. Rasa itu sudah hilang.
Pertemanan yang ada saat ini dibangun di atas pondasi "kesamaan titel".
Diam-diam mengamati percakapan antar kawan-kawan sesama titel tersebut yang umumnya terjadi lewat media sosial, Misti sadar.
Rumahnya bukan disini.
Beberapa waktu lalu Misti sempat bertukar janji dengan kawan (mungkin lebih layak disebut kolega?), janji berkunjung karena ada hal terkait pekerjaan yang perlu diselesaikan.
Koleganya berkata akan berkunjung.
Kunjungan tak kunjung ada.
Misti merasa sebaiknya ia yang berkunjung sebab ia lah yang lebih berkepentingan.
Obrolan mengalir seperti biasa. Not too warm but good talks.
Lantas Misti menemukan beberapa baris percakapan antar kawan sesama titelnya di sosial media, betapa mereka saling suka rela menawarkan diri untuk berkunjung dan saat berkunjung mereka menyempatkan diri berfoto bersama anak-anak mereka dan lalu menempelkannya untuk dapat diberikan komentar oleh kawan sesama titel yang lain.
Sedikit melakukan background check, Misti punya pemikiran buruk,
"Mungkin itu yang biasa dilakukan oleh istri-istri orang kaya, snap and chats."
Misti teringat apa yang pernah dikatakan sahabat baiknya, panggil saja Tama. Tama memiliki teori aneh. Aneh sebab menurut Misti, teori ini belum sepenuhnya teruji.
Tama berkata, sulit berkawan bila kamu tidak memiliki kedudukan, jika kamu hanya berada di posisi tengah-tengah, orang pun jengah berkawan lama-lama. Jikalau posisimu di atas, orang akan memuaskanmu dengan "jilatan-jilatannya" berharap itu akan menumpahkan keberuntunganmu pada rekening mereka.
Misti tergoda untuk mengamini ini.
Aneh, tapi hampir terasanya nyata.
Cocok dengan situasi Misti yang memang sedang tidak jelas.
Sementara Misti sudah merasa payah dengan keadaannya membangun karirnya dari awal lagi.
Akal sehat Misti kembali, teriakannya lantang dengan bantuan corong lapangan bola,
"Try not to overthink and not to judge. By doing this, is not giving you the pleasure you need moreover the money that can feed you! Shut up now and sleep!!!"
Dan agaknya saya juga ingin mengikuti apa yang diteriakkan akal sehat Misti tadi.
Tidur.
Saya lelah sekali seharian ini.
Curhat.
Tapi,
Agaknya tidak sopan jikalau terlalu terbuka.
Karena,
Ini masih sebatas dugaan saja.
Alkisah...
Seorang pekerja biasa yang sedang memulai perjalanan karirnya, sebut saja namanya Misti. (Oh no, this not gonna end up as a stories on a koran-koran lampu merah yes! 😄)
Misti beberapa tahun belakangan sedang memulai menata kehidupannya kembali. Terasa agak telat, tetapi...daripada tidak sama sekali. Begitu pikirnya sekalipun dia dicibir oleh akal sehatnya sendiri.
Sementara sudah berapa banyak kawannya yang sukses melampaui dirinya.
Baik sukses yang diraih dari jerih payah kawannya tersebut,
Atau....
Sukses yang didapat karena menikahi lelaki tajir mlintir.
The joy of being a woman! 😋
Berusaha keras untuk kembali memasuki kehidupan sosial bersama kawan lama, sesekali dua kali tiga empat kali (entah berapa lagi) dicoba. Rasa itu sudah hilang.
Pertemanan yang ada saat ini dibangun di atas pondasi "kesamaan titel".
Diam-diam mengamati percakapan antar kawan-kawan sesama titel tersebut yang umumnya terjadi lewat media sosial, Misti sadar.
Rumahnya bukan disini.
Beberapa waktu lalu Misti sempat bertukar janji dengan kawan (mungkin lebih layak disebut kolega?), janji berkunjung karena ada hal terkait pekerjaan yang perlu diselesaikan.
Koleganya berkata akan berkunjung.
Kunjungan tak kunjung ada.
Misti merasa sebaiknya ia yang berkunjung sebab ia lah yang lebih berkepentingan.
Obrolan mengalir seperti biasa. Not too warm but good talks.
Lantas Misti menemukan beberapa baris percakapan antar kawan sesama titelnya di sosial media, betapa mereka saling suka rela menawarkan diri untuk berkunjung dan saat berkunjung mereka menyempatkan diri berfoto bersama anak-anak mereka dan lalu menempelkannya untuk dapat diberikan komentar oleh kawan sesama titel yang lain.
Sedikit melakukan background check, Misti punya pemikiran buruk,
"Mungkin itu yang biasa dilakukan oleh istri-istri orang kaya, snap and chats."
Misti teringat apa yang pernah dikatakan sahabat baiknya, panggil saja Tama. Tama memiliki teori aneh. Aneh sebab menurut Misti, teori ini belum sepenuhnya teruji.
Tama berkata, sulit berkawan bila kamu tidak memiliki kedudukan, jika kamu hanya berada di posisi tengah-tengah, orang pun jengah berkawan lama-lama. Jikalau posisimu di atas, orang akan memuaskanmu dengan "jilatan-jilatannya" berharap itu akan menumpahkan keberuntunganmu pada rekening mereka.
Misti tergoda untuk mengamini ini.
Aneh, tapi hampir terasanya nyata.
Cocok dengan situasi Misti yang memang sedang tidak jelas.
Sementara Misti sudah merasa payah dengan keadaannya membangun karirnya dari awal lagi.
Akal sehat Misti kembali, teriakannya lantang dengan bantuan corong lapangan bola,
"Try not to overthink and not to judge. By doing this, is not giving you the pleasure you need moreover the money that can feed you! Shut up now and sleep!!!"
Dan agaknya saya juga ingin mengikuti apa yang diteriakkan akal sehat Misti tadi.
Tidur.
Saya lelah sekali seharian ini.
Subscribe to:
Posts (Atom)