Sedang ingin menumpahkan pemikiran terdalam.
Curhat.
Tapi,
Agaknya tidak sopan jikalau terlalu terbuka.
Karena,
Ini masih sebatas dugaan saja.
Alkisah...
Seorang pekerja biasa yang sedang memulai perjalanan karirnya, sebut saja namanya Misti. (Oh no, this not gonna end up as a stories on a koran-koran lampu merah yes! 😄)
Misti beberapa tahun belakangan sedang memulai menata kehidupannya kembali. Terasa agak telat, tetapi...daripada tidak sama sekali. Begitu pikirnya sekalipun dia dicibir oleh akal sehatnya sendiri.
Sementara sudah berapa banyak kawannya yang sukses melampaui dirinya.
Baik sukses yang diraih dari jerih payah kawannya tersebut,
Atau....
Sukses yang didapat karena menikahi lelaki tajir mlintir.
The joy of being a woman! 😋
Berusaha keras untuk kembali memasuki kehidupan sosial bersama kawan lama, sesekali dua kali tiga empat kali (entah berapa lagi) dicoba. Rasa itu sudah hilang.
Pertemanan yang ada saat ini dibangun di atas pondasi "kesamaan titel".
Diam-diam mengamati percakapan antar kawan-kawan sesama titel tersebut yang umumnya terjadi lewat media sosial, Misti sadar.
Rumahnya bukan disini.
Beberapa waktu lalu Misti sempat bertukar janji dengan kawan (mungkin lebih layak disebut kolega?), janji berkunjung karena ada hal terkait pekerjaan yang perlu diselesaikan.
Koleganya berkata akan berkunjung.
Kunjungan tak kunjung ada.
Misti merasa sebaiknya ia yang berkunjung sebab ia lah yang lebih berkepentingan.
Obrolan mengalir seperti biasa. Not too warm but good talks.
Lantas Misti menemukan beberapa baris percakapan antar kawan sesama titelnya di sosial media, betapa mereka saling suka rela menawarkan diri untuk berkunjung dan saat berkunjung mereka menyempatkan diri berfoto bersama anak-anak mereka dan lalu menempelkannya untuk dapat diberikan komentar oleh kawan sesama titel yang lain.
Sedikit melakukan background check, Misti punya pemikiran buruk,
"Mungkin itu yang biasa dilakukan oleh istri-istri orang kaya, snap and chats."
Misti teringat apa yang pernah dikatakan sahabat baiknya, panggil saja Tama. Tama memiliki teori aneh. Aneh sebab menurut Misti, teori ini belum sepenuhnya teruji.
Tama berkata, sulit berkawan bila kamu tidak memiliki kedudukan, jika kamu hanya berada di posisi tengah-tengah, orang pun jengah berkawan lama-lama. Jikalau posisimu di atas, orang akan memuaskanmu dengan "jilatan-jilatannya" berharap itu akan menumpahkan keberuntunganmu pada rekening mereka.
Misti tergoda untuk mengamini ini.
Aneh, tapi hampir terasanya nyata.
Cocok dengan situasi Misti yang memang sedang tidak jelas.
Sementara Misti sudah merasa payah dengan keadaannya membangun karirnya dari awal lagi.
Akal sehat Misti kembali, teriakannya lantang dengan bantuan corong lapangan bola,
"Try not to overthink and not to judge. By doing this, is not giving you the pleasure you need moreover the money that can feed you! Shut up now and sleep!!!"
Dan agaknya saya juga ingin mengikuti apa yang diteriakkan akal sehat Misti tadi.
Tidur.
Saya lelah sekali seharian ini.
selamat istirahat, kalau ngomongin masalah akal sehat ne egk ada habisnya. apalagi kalau ketabrak akal sehatnya orang lain,
ReplyDeleteI know how it feels.
ReplyDeleteI know how it feels.
ReplyDelete