It's been a long time since my last post.
Sebenarnya kelewat pengen nulis macam-macam tapi...
Saya dihadapkan pada sebuah keadaan yang memberikan pembelajaran lain.
Beberapa hari setelah tanggal ulang tahun saya yang ke-33, saya merasakan nyeri di bagian dada.
Bulan Oktober memang bulan "breast cancer awareness", maka seketika itu juga saya jadi ngeri sendiri.
Saya mencoba membandingkan dada sebelah kanan (yang terasa nyeri) dengan dada sebelah kiri.
Pikiran semakin semrawut ketika saya menemukan benjolan di dada kanan.
Panik mencari info dimana saya bisa memeriksakan benjolan ini sesegera mungkin.
Padahal saat itu hari...... Minggu.
Dokter mana yang mau periksa saya hari itu?
Mau ke UGD juga pastinya akan dirujuk untuk pemeriksaan lebih mendalam keesokan harinya.
Hari minggu itu saya habiskan dengan keputus-asaan mendalam.
Berharap janji pemeriksaan yang saya buat dengan dokter untuk keesokan hari dapat berjalan lancar.
Usai subuh saya sudah tidak bisa tidur lagi.
Menunggu pukul 7 pagi untuk segera berangkat ke RS.
Hasil pencarian mesin Google membawa saya ke salah satu RSIA di kota Malang yang katanya memiliki klinik khusus untuk penanganan penyakit serupa yang saya alami TAPI... ternyata alat yang mereka punya sedang RUSAK.
Padahal saya sudah berharap sekali mendapatkan jawaban dari ahlinya di Senin siang itu.
Saya langsung menelpon laboratorium yang cukup punya nama di kota ini. Pemeriksaan baru bisa dilakukan sore hari dengan dokter laki-laki pula.
Saya tidak peduli! Yang penting saya tau benjolan apa yang ada di dada saya ini.
Jam 4 sore saya sudah siap di depan ruangan USG.
Lagi-lagi berurusan dengan USG yang bukan untuk memeriksa yang saya harapkan.
Yasudahlah.
Pokoknya keingintahuan saya terjawab.
Dan ini diagnosa dokter sp. radiologi dari hasil pemeriksaan USG mammae saya.
Fibroadenoma Mammae atau biasa disingkat dengan FAM.
Singkatnya, saya memiliki tumor jinak di dada kanan.
Sekalipun ini jinak, saya memaksa untuk dilaksanakan prosedur operasi sekalipun tidak ada jaminan saya akan 100% bebas sebab ada teman saya yang memiliki FAM dengan jumlah lebih banyak, sudah dioperasi dan ternyata FAM tersebut tumbuh kembali.
Semua memang tergantung bagaimana menyikapinya.
Dokter berkata, salah satu pemicunya (secara umum) adalah hormon yang sementara hormon juga dibentuk oleh lemak (kolesterol). Menjaga asupan makanan agar tidak terlalu banyak kolesterol adalah salah satu anjuran dokter pada saya.
Sementara teman-teman saya banyak yang panik dan meminta saya menjadi vegetarian.
Ada lagi ide diet yang sebenarnya menarik, boleh makan lemak dan protein hewani tapi saya dilarang mengkonsumsi karbohidrat dan gula.
Ugh. I won't torture myself.
Punya penyakit seperti ini memang menyedihkan dan menakutkan awalnya.
Meski lambat laun saya bisa menerima keadaan ini.
Saya mencoba makan buah lagi karena dalam waktu 5 tahun terakhir, saya hampir tidak pernah makan buah.
Mungkin 1 tahun sekali saja saya makan buah, itu juga buah yang saya suka dan jumlahnya tidak banyak.
Saya juga mulai mengurangi makan di luar (jajan atau makan berat lainnya).
Saya semakin rajin masak meski ini jelas menguras tenaga, tapi saya hanya ingin penyakit ini tidak kambuh menjadi sebuah keganasan atau yang kita kenal sebagai.....kanker.
Plus, biaya operasi sungguh mahal. :'(
Cheating day tetap ada, ketika saya sudah tidak sanggup masak atau waktu berkumpul dengan keluarga yang biasanya akan ada agenda rutin makan di luar.
Sebab, jika memaksa ikut aturan hidup sehat secara mendadak, waduh.. saya bisa makin stress dan stress adalah faktor pencetus paling berpengaruh besar pada penderita sakit apapun itu.
Selain dipicu oleh hormon tidak seimbang, gaya hidup tidak sehat (mulai dari asupan nutrisi sampai dengan kondisi lingkungan yang makin tidak sehat) dan stress merupakan faktor paling berpengaruh.
Kita semua mungkin tidak menyadari bahwasanya sebagai manusia modern tidak akan lepas dari yang namanya stress.
Terlebih stress pekerjaan.
Mungkin saya harus mau belajar ikhlas lebih giat lagi.
Mencoba mengikhlaskan semua yang memang sulit untuk digapai jika memang tenaganya sudah tidak memadai lagi.
Saat ini saya masih dalam masa recovery.
Semasa saya di RS, banyak sekali perawat perempuan yang bertanya pada saya bagaimana cara menemukan benjolan tersebut dan bagaimana gejala yang menyertainya.
Rupanya, banyak yang belum berani memeriksa payudaranya sendiri ya. :D
Operasi telah dilakukan pada tanggal 9 November lalu.
Tanggal 17 November baru buka perban dan baru bisa benar-benar mandi.
Bekas jahitan belum sepenuhnya pulih, masih kemerahan dan saya juga masih ngeri melihatnya.
Dokter meminta saya melakukan cek up rutin per 6 bulan.
Jika 2x cek sudah tidak ada pertumbuhan lain, bisa dikatakan "aman".
Bagi siapapun yang membaca tulisan ini, saya mohon doa baiknya untuk saya ya..
Terimakasih.
:*
No comments:
Post a Comment