Monday, May 26, 2014

Berbuat jahat itu gampang....

Sampai hari ini, hal yang sama masih terjadi terlebih hal yang menyebalkan. Ia tak bosan berputar dan menyesakkan pikiran. Semua seperti bekerjasama untuk membuat saya lebih jengkel lagi. Awalnya saya hanya mengambil dari apa-apa yang sudah orang bilang, ketika saya ceritakan kembali, DUARRR...responnya beda. Mungkin karena itu saya yang ngomongin lagi, coba....orang-orang yang dari dulunya udah terkenal baik. Saya yakin responnya hanya senyum-kecut-sendiri... Ya tho, mbak?

Pernah baca dihalaman sosial media yang intinya "berbuat baiklah lebih banyak karena berbuat jahat itu mudah, sekali waktu kau berbuat jahat maka orang tidak akan percaya(jika kau telah melakukan suatu perbuatan jahat)". Benar saja. Saya punya seorang kawan yang masih saya ingat hingga saat ini. Everybody's sweetheart mungkin istilahnya, kesayangan semua orang. Orangnya ramah, sangat akrab dan hangat ketika kita menawarkan suatu percakapan(basa-basi) dengannya, wajahnya yang ayu pun turut menyukseskan itu semua. Lantas...ada beberapa kejadian di masa lampau yang cukup membuat saya sedih dan gak ngerti kenapa dia tega(dan harus) melakukan semuanya pada saya. Sekalipun saya berusaha menjelaskan letak kesalahannya(dengan skill menjelaskan saya yang sungguh buruk), ia tetap berkeras bahwa dia lah yang benar. Saya sudah bertanya pada orang lain yang bisa memberikan pendapat professional, nyatanya....ia tak(mau) terkalahkan. Semua orang tau saya dengan semua kenyinyiran dan sifat galak yang selalu melekat untuk saya. Sehingga untuk kasus ini, saat saya menceritakan duduk pekaranya pada kawan lain yang mengenal kami berdua, sayalah yang dituduh mencari gara-gara. Oh, well...apa mau dikata dan mungkin tak semuanya saya ikhlaskan, tetap ada bagian dari hati ini yang susah menerima akan penilaian orang yang salah untuk permasalahan kami berdua. Masuk ke ranah hukum pun saya yakin saya tidak salah. Hanya saja....lingkungan punya hukumnya sendiri dan itu jauh lebih sakit alias gila!

Saya yakin ini yang harus saya terima ketika saya memilih untuk menjadi orang yang nyinyir dan skeptis. Baiklah...saya terima. Saya lebih baik untuk tidak memaksa menjadi manis dan baik tapi semuanya sekedar angin di kaleng krupuk yang kosong. Apa? Cukup dewasa dalam menyikapi keadaan? Dewasa tak selalu harus  baik pada semua, kan? Kalo baik sama semua orang, tuuuuh...anak kecil yang belom bisa baca juga ketawa renyah sama orang yang ngasih sesuatu yang dia suka...tapi tuh anak masih ngompol disembarang tempat tanpa tau dimana seharusnya ia buang air... Saya bukan ahli hubungan antar manusia, yang saya tau manusia itu punya prinsipnya masing-masing, saya tak mencari pembenaran disini. Hanya saja semua terasa salah ketika melihat orang yang suka berbasa-basi di hadapan saya.

No comments:

Post a Comment