Fiuh...
Setelah berjibaku dengan flu dan batuk akibat tragedi mobil tetangga yang parkir sekenanya(ya.. cerita selengkapnya ada di part-1, he heeee), akhirnya saya bisa menuliskan kelanjutan kisah kehidupan ber-tetangga saya, lagi.
Saya sengaja tidak membeli antibiotik karna tak ingin memperkaya perusahaan obat . Nah, gimana ya... antibiotik (yang cocok dengan) saya per-butirnya seharga 15 ribu rupiah, nah...habis berapa tuh untuk 1minggu? Big no...no...no! Maka, jadilah saya bersusah payah untuk sembuh tanpa bantuan antibiotik melainkan dengan banyak makan, istirahat, minum obat flu andalan sejak kecil, minum vitamin C dosis tinggi dan hampir setiap saat menghisap permen pelega tenggorokan. Setelah 7 hari barulah nampak hasil yang lumayan oke....sehingga saya bisa menghadap bapak pengurus RT untuk menceritakan tragedi parkir mobil tersebut.
Hasilnya?
Ternyata hanya ada 1 KK yang diserahkan kepada RT. Lumayanlah, pokoknya ada KK nya.
Perkara ada 3 keluarga (yang katanya suami istri juga) di dalam sana, saya pasrah saja. Saya tidak merasa perlu menjadi polisi moral dalam hal ini. Sepanjang mereka tidak parkir kendaraan sembarangan lagi dan orang-orang yang berlalu-lalang dalam rumah tersebut bukanlah orang-orang jahat, saya sudah cukup.
Plus... saya juga tidak perlu "disapa" atau "dipamitin" tiap kali bertatap muka. Saya anggap saya ini sedang tinggal di Eropa sekalipun waktu itu pak pengurus RT bertanya "sama tetangga nyapa, ndak?"
Pak pengurus RT berjanji akan mengunjungi rumah tersebut, karena ternyata beliau juga terganggu dengan suara knalpot moge yang berisik layaknya sedang persiapan menuju arena balapan, itu.
Tapi ya...sudahlah.
Asal parkir mobilnya sudah sesuai dengan yang saya maksud, saya rasa tidak perlu tindak lanjut dari pengurus RT.
Pun saya juga tidak berharap pengurus RT repot-repot mendatangi rumah tersebut.
Tamat.